Al-Quran & Akuntansi : Sistem Pencatatan Berpasangan
Siang
& malam, langit & bumi, laki-laki & perempuan, tangan kanan
& tangan kiri, dan putik & benangsari merupakan sekelumit
contoh keberadaan sistem berpasangan dalam kehidupan. Bahkan, para
ilmuwan modern telah berhasil mengidentifikasi keberadaan proton &
antiproton, elektron & pasitron, dan neutron & antineutron
sebagai pasangan-pasangan di komponen atom (Caner Taslaman, 2011). Masih
banyak ragam pasangan yang mencerminkan sistem berpasangan tersaji
berlimpah di alam semesta ini sebagai tanda-tanda kekuasaan ALLAH SWT.
Dalam
khazanah pengetahuan yang telah terbukti memberi kontribusi positif
bagi kehidupan manusia, penerapan konsep bilangan biner “1 & 0” di
ilmu komputer dan konsep “positif & negatif” di ilmu elektrik pada
dasarnya dikembangkan berlandas pada sistem berpasangan. Pemberlakuan
kedua konsep tersebut bukan sebatas merupakan hasil kesepakatan belaka
oleh manusia. Keberadaan konsep “1 & 0” dan konsep “positif &
negatif” sebagai representasi dari banyak pengetahuan yang berlandas
sistem berpasangan sebenarnya telah dituangkan dalam kitab suci
Al-Qur’an yang diwahyukan lebih dari 1.350 tahun yang lalu (sebagaimana
tercantum dalam QS. Yaasin [36]: 36, ALLAH SWT menciptakan semuanya
berpasangan, baik yang diketahui manusia maupun yang tidak diketahui
manusia).
Kitab
suci Al-Qur’an menyajikan sistem berpasangan sebagai kebenaran di
banyak ayat, diantaranya adalah sebagai berikut. Penciptaan nabi Adam AS
dan pasangannya disajikan dalam QS. Az-Zumar [39]: 6. Peristiwa nabi
Nuh AS dengan kapalnya yang berisi beragam hewan yang masing-masing
dengan pasangannya disebutkan dalam QS. Adz-Dzaariyaat [51]: 49. Manusia yang diciptakan berpasang-pasangan dituangkan dalam QS. Fatir [35]: 11,
Ar-Ruum [30]: 21, dan QS. An-Najm [53]: 45. Gambaran dalam Surga yang
tersedia aneka buah-buahan yang berpasang-pasangan dituangkan dalam QS.
Ar-Rahmaan [55]: 52 – 53. Masih banyak ayat Al-Qur’an yang menunjukkan
sekaligus menegaskan kebenaran sistem berpasangan.
Salah
satu fungsi penting keberadaan sistem berpasangan adalah untuk menjaga
keseimbangan. Interpretasi ini mendasarkan diri pada ayat QS. Ar-Ruum
[30]: 21 yang menegaskan bahwa manusia diciptakan berpasangan agar
mereka merasa tentram atau tenang yang mana ketenangan tercermin
salah-satunya melalui keseimbangan. Selanjutnya, konsep keseimbangan ini
dapat dituangkan dalam format matematika, baik dalam format sederhana
(misalnya, persamaan linear) maupun dalam format lebih rumit (persamaan
berpangkat seperti dalam rumus Energi yang dikembangkan Einstein). Oleh
karena itu, adalah sangat wajar jika para pencetus sekaligus pelopor
awal pengembangan matematika yang terkenal adalah kaum muslim.
Apa
kaitan sistem berpasangan dengan akuntansi? Akuntansi telah mengenal
konsep “sistem pencatatan berpasangan” sejak lama, bukan hanya delapan
atau sembilan puluhan tahun tetapi beratus-ratus tahun yang lalu.
Aplikasi sistem pencatatan berpasangan di akuntansi diwujudkan dalam
penerapan mekanisme debet kredit. Selanjutnya, mekanisme debet kredit
sendiri telah teridentifikasi sepenuhnya berlandas pengetahuan
matematika, khususnya aljabar dan aritmetika (baca “Al-Qur’an & Akuntansi (1): Asal Usul Debet Kredit”).
Mekanisme debet kredit terbukti bukan merupakan kesepakatan maupun
aturan semata yang dibuat manusia sebagaimana dituduhkan oleh sebagian
orang dewasa ini. Dengan demikian, saat ini kita setidak-tidaknya
mengetahui keterkaitan yang sangat kuat antara Al-Qur’an dan akuntansi:
sistem pencatatan berpasangan merupakan cermin dari sistem berpasangan
sebagaimana merupakan kebenaran yang tersaji dalam Al-Qur’an sebagai
kalam ALLAH SWT. Rasanya, tidaklah berlebihan kalau kita mau menyisihkan
sedikit waktu untuk merenungi hal ini.
Source :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar