Selasa, 26 Februari 2013

Mukjizat 25 Nabi dan Rosul

1. Mukjizat Nabi Adam: Nabi Adam diyakini sebagai manusia pertama yang menginjakkan kaki di bumi. Sebagai pasangan Nabi Adam adalah Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk kiri Nabi Adam.
Mereka diturunkan ke bumi karena telah berbuat kesalahan akibat godaan iblis/syetan, Adam dan Hawa dikaruniai dua pasangan putra-putri yang bernama Qabil dan Iklima, kemudian Habil dan Labuda.
Qabil bersifat kasar, sedangkan Labuda bersifat lembut, Kedua sifat inilah yang akhirnya menjadi cikal bakal dalam sifat-sifat dasar manusia.

2. Mukjizat Nabi Ayub: Nabi Ayub dikenal seorang yang kaya raya dan sangat dermawan. Namun kesejahteraan ini tidak membuatnya sombong, ini yang mendorong iblis untuk menggodanya.

Minggu, 17 Februari 2013

Nikmatnya Bersyukur

Bersyukur (berterima kasih), kepada sesama manusia lebih cenderung kepada menunjukkan perasaan senang menghargai. Adapun bersyukur kepada Allah lebih cenderung kepada pengakuan bahwa semua kenikmatan adalah pemberian dari Allah. Inilah yang disebut sebagai syukur. Lawan kata dari syukur nikmat adalah kufur nikmat, yaitu mengingkari bahwa kenikmatan bukan diberikan oleh Allah. Kufur nikmat berpotensi merusak keimanan.
Bersyukur kepada Allah adalah salah satu konsep yang secara prinsip ditegaskan di dalam Al-Qur'an pada hampir 70 ayat. Perumpamaan dari orang yang bersyukur dan kufur diberikan dan keadaan mereka di akhirat digambarkan. Alasan kenapa begitu pentingnya bersyukur kepada Allah adalah fungsinya sebagai indikator keimanan dan pengakuan atas keesaan Allah. Dalam salah satu ayat, bersyukur digambarkan sebagai penganutan tunggal kepada Allah:

Sabtu, 09 Februari 2013

Aku Mencintaimu Karena Allah

Suatu ketika seseorang sahabat berada di sisi Nabi SAW lewatlah seorang di hadapannya. Ketika melihatnya ia berkata, “Wahai Rasulullah sesungguhnya aku mencintainya.” Nabi SAW bertanya kepadanya, “Apakah engkau telah memberitahukannya?” “Belum.” Jawabnya. Beliau bersabda, “Beritahukanlah.” Orang tersebut menyusulnya dan berkata, “Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah.” Orang tersebut membalas dengan ungkapan, “Semoga Allah yang menjadikanmu mencintaiku juga mencintaimu sebagaimana engkau mencintaiku.” (HR. Abu Dawud, shahih)
Sungguh, kalimat tersebut menggetarkan jiwa dan menyejukkan hati. Betapa tidak,  ungkapan tersebut merupakan ekspresi iman yang tulus dan jujur. Bukan ucapan yang didasari keinginan duniawi. Bukan pula basa-basi yang diucapkan sebagai pemanis bibir.