1. Mukjizat Nabi Adam: Nabi Adam
diyakini sebagai manusia pertama yang menginjakkan kaki di bumi. Sebagai
pasangan Nabi Adam adalah Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk kiri
Nabi Adam.
Mereka diturunkan ke bumi karena telah berbuat kesalahan akibat godaan
iblis/syetan, Adam dan Hawa dikaruniai dua pasangan putra-putri yang
bernama Qabil dan Iklima, kemudian Habil dan Labuda.
Qabil bersifat kasar, sedangkan Labuda bersifat lembut, Kedua sifat
inilah yang akhirnya menjadi cikal bakal dalam sifat-sifat dasar
manusia.
2. Mukjizat Nabi Ayub: Nabi Ayub
dikenal seorang yang kaya raya dan sangat dermawan. Namun kesejahteraan
ini tidak membuatnya sombong, ini yang mendorong iblis untuk
menggodanya.
Jadikan hidup ini tenteram dan damai hanya jika kita mampu menjadi insan yang pandai bersyukur terhadap nikmat Allah SWT yang diberikan kepada kita, jadikan pribadi yang tegar dan kuat menghadapi semua cobaan dengan penuh keikhlasan untuk senantiasa belajar mengetahui arti dari Dunia yang berbasis Syariah dan semoga menjadi hidup kita penuh barokah.
Selasa, 26 Februari 2013
Minggu, 17 Februari 2013
Nikmatnya Bersyukur
Bersyukur (berterima kasih), kepada sesama manusia lebih cenderung kepada menunjukkan perasaan senang
menghargai. Adapun bersyukur kepada Allah lebih cenderung
kepada pengakuan bahwa semua kenikmatan adalah pemberian dari
Allah. Inilah yang disebut sebagai syukur. Lawan kata dari
syukur nikmat adalah kufur nikmat, yaitu mengingkari bahwa
kenikmatan bukan diberikan oleh Allah. Kufur nikmat berpotensi
merusak keimanan.
Bersyukur kepada Allah adalah salah satu
konsep yang secara prinsip ditegaskan di dalam Al-Qur'an pada
hampir 70 ayat. Perumpamaan dari orang yang bersyukur dan kufur
diberikan dan keadaan mereka di akhirat digambarkan. Alasan
kenapa begitu pentingnya bersyukur kepada Allah adalah
fungsinya sebagai indikator keimanan dan pengakuan atas keesaan
Allah. Dalam salah satu ayat, bersyukur digambarkan sebagai
penganutan tunggal kepada Allah:
Sabtu, 09 Februari 2013
Aku Mencintaimu Karena Allah
Suatu ketika seseorang sahabat berada di sisi Nabi SAW lewatlah
seorang di hadapannya. Ketika melihatnya ia berkata, “Wahai Rasulullah
sesungguhnya aku mencintainya.” Nabi SAW bertanya kepadanya, “Apakah
engkau telah memberitahukannya?” “Belum.” Jawabnya. Beliau bersabda,
“Beritahukanlah.” Orang tersebut menyusulnya dan berkata, “Sesungguhnya
aku mencintaimu karena Allah.” Orang tersebut membalas dengan ungkapan,
“Semoga Allah yang menjadikanmu mencintaiku juga mencintaimu sebagaimana
engkau mencintaiku.” (HR. Abu Dawud, shahih)
Sungguh, kalimat
tersebut menggetarkan jiwa dan menyejukkan hati. Betapa tidak, ungkapan
tersebut merupakan ekspresi iman yang tulus dan jujur. Bukan ucapan
yang didasari keinginan duniawi. Bukan pula basa-basi yang diucapkan
sebagai pemanis bibir.
Langganan:
Postingan (Atom)